Wednesday, October 25, 2017

BERKAH KERINDUAN


JUJUR aku memang bingun akan kujudli apa naskah ini, lebih parah lagi aku tak tahu akan menulis naskah apa tulisan ini, cerpen bukan, opini juga bukan dan tulisan ini juga tak merujuk ke manapun, aku menulis dalam ketidak  tahuan, tetapi aku harus menulis dan tulisan ini harus kuselesaikan, karena tulisan ini sangat berarti bagiku, karena dia telah membawa berkah bagiku. Sekali lagi berkah.

Alkisah mampir ke warung kecilku seseorang yang ternyata tak muda lagi,
Aku baca di bener, .... jual beras Pagelaran ya ... ? Tanyanya.
Ya ... jawabku singkat.
Mana yang bagus ...  ? tanyanya
Ini .. yang jadi pavorit Emak Emak ... kataku merujuk.
Tolong empat karung ... katanya meminta.
Dengan cekatan tangan tua ini melaksanakan tugasnya.
Anak muda yang duduk dibangku supir cepat melompat dan mambantuku mengangkat beras ke mobil.


Ya ... setelah saya dan isteri bersepakat tak lagi melanjutkan kontrak dengan PT. Tetira International Cansultante  sebagai Educasional Specialis dalam kerjasama dengan Asian Developmen Bank (ADB) dan saya bersama keluarga bersepakat untuk jual beras buka warung rumahan, dengan menyulap garasi mobil menjadi warung. Dan mobil tua yang biasa diinapkan dalam garasi, harus bertahan dengan dinginnya malam hari, semoga kesempitan lahan mampu memberikan kehangatan baginya.

Saya baca ada beras dari Pagelaran, secara tak sengaja terbaca ketika kami lewat menuju belakang sana ... katanya menunjuk arah belakang rumah kami. Saya memang niat untuk mencoba beras  Pagelaran ... katanya membuka cerita.  dari tahun 1971 sampai 1974 saya ditugaskan di BRI Pagelaran kata lelaki tua itu berkisah, membuatku harus memutar ulang kenangan masa remaja dahulu.

Nama saya Tantowi .... katanya.
Yah .... saya ingat teriak saya.
Saya betul betul ingat dengan beliau, mereka bertiga sebagai orang BRI di Kampung kelahiran saya Pagelaran. Ada yang Bernama Rahman, Ada Ideham dan ada Tantowi. Dengan Pak Ideham saya jumpa di sebuah masjid di Jalan Nakib Jl. Gajahmada Bandar Lampung, kata saya kepada Pak Tantawi.
Kalau Pak Rahman dulu tinggal Kebun Jahe ... kata Pak Tantowi.
Berkaca mata saya mengingat masa lalu, benar masa lalu, masa kecil saya di Pagelaran.

Kakak saya dahulu juga di tugaskan di Puskesmas Pagelaran.
Siapa namanya ..... ?Tanya saya ... saya berharap mengenalnya.
Mawarji .... katanya singkat.
Yah ... kata saya, Saya ingat beliau. Betul betul ingatan saya berputas ke 45 tahun yang lalu.
Saya ingat Pak Mawarji ... kata saya lirih. Lelaki itu cukup lincah dan cepat sekali membaur dengan para jama'ah Masjid. Jami' Pagelaran.
Isterinya dahulu guru ... tambah Pak Tantowi.
Ya ... anaknya kalo gak salah kuliah di Pertanian ... timpal saya ragu.

Pak Tantowi nampak gembira setelah saya mengingat dan mengenang semua pristiwa yang juga menjadi kenang kenangan bagi Pak Tantowi.

Saya sudah niatkan akan membeli beras di sini ... beras Pagelaran ... kata Pak Tantowi.
Nampak sekali bahwa Pak Tantowi yang aslinya Menggala itu telah menganggap Pagelaran sebagai Kampung Halamannya. Adalah kegembiraan yang tak mampu dia sembunyikan ketika jumpa saya  sebagai seseorang kelahiran Pagelaran menjadi saksi hidup kehadiran Pak Tantowi di Pagelaran untuk berkarya di di Kampung kecil itu, yah Pagelaran sebagai Ibu Kota Kecamatan yang belum bisa dianggap maju.

Sejak menginjakkan kakinya di desa Pagelaran, Pak Tantowi tidak pernah merasa sendirian, karena di desa ini Pak Tantowi punya Kakak yaitu Pak Mawarji Kepala Puskesman di Kecamatan Pagelaran. Dan Pak Mawarji adalah tipikalpendatang yang mampu melebur ke penduduk setempat, keberadaan beliau juga di dukung oleh isterinya yang berprofesi sebagai guru SD di desa itu. Pak Tantowi bukan hanya mengingatkan Pak Mawarji, tetapi juga beliau mengingatkan seorang anggota Polisi yang bertugas di Pagelaran, yang juga memilih membaur dengan penduduk setempat yang berujung pada memilih pensiun dari Kepolisian untuk membuka warung untuk menghidupkan pasar Pagelaran yang terkesan senyap itu. Semua sadar bahwa pada saat itu Pasar Pagelaran adalah satu satunya alat untuk menyatakan geliat ekonomi di desa dan Kecmatan Pagelaran. Pasar dan Pak Ujang polisi di mata Pak Tantowi menjadi hal yang sangat penting, sejalan dengan mission BRI untuk mendukung perkembangan perekonomian rakyat, sekalipun pada saat itu belun dikenal dana KUR atau Kredit Usaha Rakyat dan berbagai macam lagi program serupa.

Sekalipun saya bukan ekonom, tetapi saya sangat memahami jiwa seorang Pegawai BRI yang ditempatkan di Kecamatan. Kehadiran Pak Tantowi sebagai pemuda pada saat itu memiliki makna yang positif dan strategis. Pak Tantowi senang saya akui sebagai penduduk desa Pagelaran yang pernah berkarya di sana.

Satu kwintal beras dibelinya dari warung rumahan yang saya buka, untuk merayakan pertemuan kami, beliau ingin menyatakan sebagai bagian dari Kecamatan Pagelaran dalam perkembangan ekonominya, dan saya adalah saksi hidup keberadaan beliau di desa yang relatif sunyi itu. Matanya berkaca kaca, mataku juga. Saya berharap kami dapat berjumpa lagi, ada sesuatu yang ingin saya berikan kepada beliau untuk merayakan persahaban kami yang ingin kami rajut kembali. Pada saat ini saya berusia 64 ytahun jalan, dan beliau sudah berusia 74 tahun berjalan, kami selisih usia sepuluh tahun. Usia yang tak lagi disebut muda,

Kami sama sama memiliki penyakit difisik kami yang mulai renta ini, beliau pernah mengalami struk, sehingga tangannya sebelah tak selincah dahulu lagi. Dan saya menderita darah tinggi, dan jalanku tak lagi ringan, kakiku bagai kuseret seret bila berjalan kaki agak beberapa meter saja. Tapi kami masih ingin bertemu, Kengan masa lalu adalah sesuatu yang ternilai harganya bagi yang bersangkutan. Terkadang berappun harganya kerinduan masa lalu ingin kita membayarnya. Ibarat foto kita maka kitalah orang yang paling mampu menikmatinya, maka kita juga yang mampu menaksir harga.

Pertemuan saya dengan Pak Tantowi, adalah sesuatu yang tak ternilai harganya. Sayang saya lupa meminta nomor HP nya. Terima kasih rasanya bila ada bisa membantu kamiuntuk bisa berjumpa kembali. Dia telah berbelanja sekedar untuk bernostalgia, semoga kerinduan kami dengan masa lalu kami akan membawa berkah untuk kami berdua, bersama keluarga kami. Pak Tantowi, kutunggu di warungku.

No comments:

Post a Comment