Tuesday, October 17, 2017

OH PRIBUMI ... NASIBMU DULU.



Banyak protes dari masyarakat yang tak suka kepada Anis Baswedan Gubernur Jakarta atas pidatonya yang menyinggung masalah pribumi. Seorang sahabat berkomentar silakan sampaikan  protes wahai mereka yang anti pribumi. nampaknya sahabat tadi tak mampu menyembunyikan emosinya ketika ada pihak pihak yang menduklung pribumi dan dipihak lain justeru memprotesnya. Jakarta adalah salah satu kota di Indonesia yang kenyang dijajah oleh pendatang, otomatis maka masyarakat Jakarta adalah pribumi yang paling merasakan getirnya dijajah, sejak dahulu zaman penjajahan mereka disebut pribumi, dan kita dikejutkan karena tahu tahu istilah pribumi adalah terlarang, benarkan sekarang tak lagi boleh menyebutnyebut pribumi, tak ayal banyak masyarakat yang terkejut, termasuk saya dan sahabat saya yang berkomentar emosianal tersebut di atas


Konon sudah ada UU atau atuiran yang melarang penyebutan pribumi pada era Presiden Habibie. Undang undang apa namanya, terkait masalah apa sehingga pribumi mulai haram hukumnya untuk disebut sebut. Kalau benar bahwa sudah ada larangan penyebut pribumi maka berarti ini adalah pelanggaran undang undang atau aturan lainnya yang pertama yang dilanggar Anis. Saya memprediksi banyak mereka yang tak akan muve on atas Pilkada DKI yang lalu, hingga Pilkada yang datang, mereka akan mempunyai catatan yang paling lengkap. Atau langkah Anis terhenti aibat penyebutan dan pembelaan terhadap Pribumi. Ini kita serahkan saja nantinya pada perjalanan sejarah, akan seperti apa nasibnya.



Dahulu memang kata pribumi banyak digunakan untuk perekat antar anak bangsa yang sama rasa sama rata yang telah mengalami pedihnya pejajahan dalam waktu jauh melampawi umur seseorang yang mencapai usia paling tua sekalipun. Mereka sengsara karena kebiadaban penjajah, tak ingin rasanya saya mencari cari untuk mengetahui apa sich definisi pribumi itu, yang saya tahu adalah dahulu kita dijajah, dan sekalipun tahun  1945 telah diproklamirkan tetapi para pengamat dan bahkan tidak jarang juga pengajar dan sebagain kecil pejabat menyebutkan bahwa hingga saat ini kita masih terjajah, semikian kata orang orang cerdas dan kritis itu dalam berbagai pidato yang simpatik dan nasionalis, yang terjajah adalah pribumi.


Waktu jaman penjajahan ada bangsa penjajah ada bangsa yang dijajah dan ada bangsa pendatang dari Cina dan Arab. Pada masa penjajahan Penjajah memberikan perlakuan istimewa kepada pendatang dari Cina. Dengan lihainya pendatang dari Cina mampu menenmpatkan diri di segala era, Era penjajahan dan Era Kemerdekaan mereka berada di posisi yang sangat nyaman. Kita juga heran mengapa demikian mudahnya entis keturunan Cina mendapatkan berbagai fasilitas dar Pemerintah, berbeda halnya dengan kelompok yang dahulu disebut  sebagai pribumi. Yang kini sudah dilarang untuk disebut sebut, Kenyataan yang ada bahwa mereka sangat menguasai ekonomi Indonesia. Sementara mereka yang lazim disebut Pribumi itu mengalami kelambatan dalam berkembang, bahkan terpuruk dan tak mampu bersaing dalam berniaga.

Sementara yang dahulu disebut sebut sebagai pribumi yang identitasnya adalah kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan, dari priode ke periode Pemerintahan, dari tahun anggaran satu ke tahun anggaran berikutnya, kemampuan mereka dalam berniaga belum jga meningkat dan menyamai mereka yang datang dari Cina,  dan bahkan kini kini sudah haram pula hukumnya untuk disebut sebut. Apa  apakah ini gejala mereka akan dilupakan, ditinggalkan atau ditiadakan, atau rencananya sekedar ganti nama. Kalau pribumi tak boleh disebut lalu akan diganti dengan  istilah apa, lalu apakah masih berhak menerima binaan dari Pemerintah daerah ataupun pusat, atau benar benar telah dihapus dari buku. Itu tak mungkin, karena harus masuk dalam anggaran, baik APBN maupun APBD, apakaha  akan disebut ekonomi lemah, kelompok miskin atau bagaimana, masyarakat membutuhkan sosialisasi, Pribumi merasa sebagaipemilik bangsa ini ,masyarakat mendapatkan gelar kasih sayang, gelar kasih sayang ini dahulu disebut pribumi. Mereka bangga dengan gelar itu, sekalipun mereka bodoh dan miskin, tetapi mereka merasa sebagai pemiulik tanh air bangsa dan negara ini. Dalam dunia demokrasi mereka disebut rakyat, walaupun ditambah emebel embel jelata. Itu tak mengapa keran merasa cukup terhormat dengan gelar pribumi itu.

Apakah sebutan pribumi jelas tidak membuat nyaman pendatang asing, bila merasa tak nyaman kenapa, apa alasannya. Mungkin sama dengan pilkada yang menampilkan istilah putra daerah yang membuat tidak nyaman perantau dari daerah lain. Memang  Pemerintah dan Pengamat tidak buru buru menghapus istilah putra daerah, tetapi tidak demikian dengan istilah pribumi, rupanya ada UU atau aturan lainnya yang melarang menyebut pribumi, ini terdengar agak aneh, mungkin karena kita gagal paham. Padahal bila kita berkenan sedikit menengok ke belakang, perjalanan serah bangsa yang lalu, Bahwa perang merebut Kemerdekaan Indonesia dilakukan oleh rakyat dipimpin oleh para ulama peperangan itu muncul diberbagai daerah, mereka itu adalah merupakan bagian dari pribumi. Dan sejatinya mereka nyaman dengan istilah itu, apalagi artinya adalah pemilik syah negeri ini, walaupun mereka hanya rakyat jelata. Kini istilah sudah dilarang untuk disebut sebut terutama oleh pejabat, semisal Anis Baswedan sebagai Gubernur DKI. Yang sebenarnya masih banyak pejabat yang menyebut nyebut pribumi, tetapi tak dipermasalahkamn.

Mungkin Anis Baswedan lupa atau belum tahu adalarangan penyebutan Pribumi, atau memenag sengaja menyebut istilah itu dengan maksud tertentu, atau beliau kesulitan mencari padanan katanya, mungkin ahli bahasa belum mencipta kata pengganti. Padahal berdasarkan realitanya maka keadaanya adalah bodoh, miskin dan terbelakang. Tetapi jangan pula mengikuti Steven Adisuryo Sulistiyo yang menyebut TIKO bagi pribumi Ti artinya bagi, Ko artinya anjing. Mungkin secara aturan  sebutan itu apakah bisa dipersalakan dan dipolisikan atau apakah Polisi menindak lanjuti laporan rakyat atau tidak. Tetapi nampaknya penyebutan pribumi adalah pelanggaran berat, apakah termasuk kriminal atau bukan kita belum paham. Kita lihat saja nanti apah Anis Baswedan akan disibukkan dengan sidang sidang seperti halnya Ahok beberapa waktu lalu, Entahlah, kita lihat saja nanti, sembari kita nantikan apa ada kata pengganti apa seratus persen dihapus dari kamus Bahasa Indonesia. Yang jelas ini adalah politik yang luar biasa beraninya, menghapus istilah pribumi, pribumi kini telah tiada. Innalillah.

No comments:

Post a Comment