Wednesday, December 13, 2017

AM FATWA POLITISI TAK KENAL LELAH kini telah tiada


Terus terang aku tak banyak tahu tentang siapa AM Fatwa karena tak sempat Aku  menemukan tulisannya yang bisa  disimpan dan  dibaca baca ulang ketika senggang. Tak nyimpan aku videonya dan juga aku tak menemukan youtubenya, sehingga secara gagasan aku tak sempat mengutuip ngutip pendapatnya, apakah dalam rangka penulisan makalah atau jiplak jiplak gaya pidatonya. Namun Demikian keberadaan politikus AM Fatwa sangat berkesan dihatiku. Betapa tidak.

Waktu baru pertama aku mengikuti acara tingkat Nasionaldi Jakarta, kuingat itu tahun 1977, di Gedung Granada Jl. Gatot Subroto.  kami duduk rapi menunggu dimulainya acara Pembukaan Muktamar PII. Cukup lama kami menunggu acara tak juga dimulai sehingga kami saling bertanya dan tak ada jawaban. Nampak beberapa orang yang sepertinya  panitia sedang menghadapi masalah.  Beberapa saat kemudian baru diumumkan Bahwa Wakil Presiden Adam Malik telah hadir  di gedung tetapi beliau belum berkenan masuk ruangan karena dideretan tamu duduk seorang yang seharusnya tak ada di ruangan ini, dimohon kesediaan agar dapat meninggalkan ruangan.

Seorang panitia melangkah pasti menuju seseorang tamu dengan segala hormat tamu disalami, keduanya nampak bicara dan tak lama kemujdian si tamu berdiri dan melangkahkan kaki menuju keluar. Ternyata AM Fatwa  maka meladklah tepuk tangan  yang sangat meriah dan panjang, tepuk tangan masih menggema padahal beliau telah beberapa saat menghilang, Seseorang yang disebelahku dan ternyata kami sama sama utusan dari Lampung bisa jadi sebagai penepuk tangan terpanjang saat itu.

AM Fatwa adalah salah satu bintang berita pada saat itu, koran Abadi-Koran Pelita, Koran Merdeka nampak laku laris keras bila pernyataan keras AM Fatwa muncul di berita utama. . Sebetulnya Panitia telah berharap agar AM Fatwa meninggalkan tempat namun beliau menolak bila akan keluar begitu saja, beliau meminta keluarnya dari ruangan itu adalah atas seijin dan sepengetahuan seluruh hadirin. Nama AM Fatwa bagi  teman teman seusia pasti bukan nama yang asing.

AM Fatwa adalah salah seorang penandatangan petisi 50 yang menkritisi berbagai kebijakan Pemerintah yang dikomandani oleh Presiden Soeharto dan didampingi Adam Malik sebagai Wapres. Kebijakan Orde Baru pada saat itu setelah berhasil menjadi penafsir Tunggal Pancasila lalu menggabungkan beberapa Partai menjadi tiga Fraksi, dan langkah berikutnya adalah memberlakukan Dasar Tunggal, yaitu Pancasila. Bisa dibayangkan betapa nyaringnya AM Fatwa bila menjerit menyatakan ketidak sependapatannya kepada Pemfrintah.

Ganti berganti Orde dan rejim penguasa di negeri ini ternyata AM Fatwa selalu saja hadir dalam kancah perpolitikan. tentu banyak asam garam yang telah dirasakannya. Dan biasanya seseorang di usia usia tuanya akan semakin bijak dalam berpikir, berbicara dan bertindak. Sifat kebapaan berhasil ditunjukkan seorang AM Fatwa ketika sejumlah orang menunutut Pemerintah meminta maaf dan membayar uang kompensasi kepada puluhan juta anak cucu Pemberontak G 30 S PKI. Pada saat itu terdengar kabar bahwa anak keturunan dari Partai Komunis yang telah berulangkali membenrontak ini berniat akan mendirikan Partai Baru Yang beraliran Komunis dan biayanya akan diambil dari dana kompensasi yang akan dibayar Pemerintah. Yang manakala dana itu telah di transfer maka Partai ini akan menjadi Partai terkaya melebihi Golkar dan PDIP.

Banyak ujaran yang disampaikan oleh AM Fatwa dalam suatu acara dari hati kehati. Beliau menceritakan betapa dia sangat tidak disukai oleh Pemerintah yang berkuasa kata AM Fatwa yang telah merasakan dinginnya terali besi penjara politik. Yang belakangan Soeharto terkoreksi dalam kepemimpinanya. Namun di kala Soeharto mengalami sakit parah dan tak berapa lama meninggal dunia, dan ternyata AM Fatwa tak memiliki rasa dendam sedikitpun, tidak menuntut permohonan maaf dan tidak menuntut pembayaran  kompensasi, Am fatwa benar benar tersiksa di penjara, padahal dia bukan pemberontak yang telah membunuh ribuan dan bahkan jutaan orang seperti apa yang telah dilakukan PKI beserta antek ankteknya dalam beberapa kali pemberontakan.

Sebagai seseorang yang telah disengsarakan oleh suatu sistem perpolitikan yang dianut pada saat itu, maka AM Fatwa sedikitpun tak menunjukkan rasa dendam. Plong rasa hati ketika ini semua ketika beliau ucapkan di hadapan sejumlah anak keturunan pemberontakan sadis PKI yang belakangan ini justeru mengaku ngaku sebagai kurban dan bahkan menuntut santunan  mungkin sebagai biaya untuk menyelenggarakan pemberontakan ulang, karena pemberontakan yanhg dilakukan oleh Bapa bapak mereka diniolai gagal karena keperkasaan Angkatan Darat.
Semoga almarhum AM Fatwa diampuni segala dosanya, dan dilipatgandakan ganjaran amal kebajikannya,. sehingga layak ditempatkan di Syurga, Amin.




No comments:

Post a Comment