Monday, January 8, 2018

HASIL DIALOG PADA REUNI ALUMNI IAIN RD INTAN 7 JANUARI 2017

Sebenarnya saya tidak terlibat merancang pertemuan Reuni Alumni IAIN Rd.Intan 75/85 yang diselenggarakan di Rumah Makan Begadang Resto 2018 yang lalu, tetapi secara tiba tiba saya didapuk untuk memimpin dialog alumni seusai acara pembukaan dan Tausiyah, lalu diselenggarakan dialog. Karena hal ini diminta tiba tiba, tak ada pembicaraan sebelumnya, jelas beberapa saat saya gelagapan, khawatir kalau kalau bertentangan dengan keinginan sebagian peserta reuni, karena mereka telah demikian lama merencanakan dan mematangkan acara ini, sementara saya hanya memantau sekedarnya saja, bisa jadi saya sama sekali tak memahami sepenuhnya jiwa dan semangat para penggagas pertemuan yang bersejarah bagi pendukung pertemuan ini setidaknya.

Dari pengamatan saya diantara acara pembukaan nampaknya dalam acara pembacaan Kitab suci Al-Quran saja para hadiri yang mampu menghentikan aktivitas lainnya, berbeda halnya dengan ketika ada yang menyampaikan sambutan dan ada memberiakn tausiyah, suasana cenderung gaduh karena masing masing perserta yang paling parah adalah ketika disampaikan tausiyah oleh Dr. M. Syofyan. Pekikan kecil dan jeritan demikian terlontar diantara mereka ketika teman teman akrab berdatangan satu persatu, sehingga sambutan berpanjang panjang dan tausiyah bukan sesuatu yang tepat untuk
diselenggarakan, sehingga saya berkesimpulan tak harus menyampaikan pengarahan dalam acara ini. Artinya acara ini murni dan full kangen kengenan, dan tak boleh terlalu serius, hal ini didukung oleh banyaknya kursi dan meja yang tak terisi, sehingga hadirin bisa pindah duduk di manapun manakala disudut yang ditempatinya tak representatif untuk kengen kangenan itu.

Saya berkesimpulan tidak ingin mengarah ke suatu pembicaraan yang serius, tetapi saya ingin membagi waktu. saya membagi ada yang mewakili penggagas, ada yang mewakili mereka yang sering membuat ulah di kampus, dan ada yang bisa mewakili IAIN atau  UIN yaitu mereka yang juga alumni tetapi mengabdi atau bekerja di UIN. Dengan demikian berarti agak tertutup menyampaikan gagasan gaghasan yang bernas tentang masa depan UIN yang diharapkan oleh para alumni IAIN, yang sebenarnya mau tak mau pada saat ini UIN Rd.Intan melekat pada
identitas para alumni, biasanya dalam penulisan identitas atau curukulum Vitea seseorang sering Almamater adalah sesuatu yang ditanyakan, bahkan hingga ke Fakultas, Jurusan dan Atau spesialisasi lainnya.

Secara serampangan saya ingin menyimpulkan sejatinya pertemuan reuni itu lebih disebabkan kangen kepada  sesama teman seangkatan lintas Fakultas (Tarbiyah, Syari'ah dan Ushuluddin) dibanding ambisi ingin menyampaikan inspirasi kepada IAIN yang kini telah menjadi UIN dengan segala resiko berbagai perubahannya.
Apatah lagi dijadikan kesempatan untukmemperkenalkan bisnis dan kesibukan lainnya dalam rangka mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama duduk di bangku kuliah IAIN Rd. Intan.

Siapa anda sekarang,  memang bukan sesutu yang dianjurkan untuk diketengahkan dalam reuni semacam ini, terlebih bila hal tersebut terkait dengan jumlah pundi pundi yang dimiliki, karena hal itu bukan merekatkan, melainkan justeru membuat orang lain menjadi segan untuk
berkomunikasi dan bercanda, dalam reuni yang harus dipertunjukkan adalah bahwa kita tak pernah berubah, kita masih memiliki rasa kebersamaan dan kesetiakawanan yang tetap hangat, bahkan dengan teman teman yang semula kita kurang akrab dan berkesempatan berkomunikasi, maka gunakanlah reuni sebagai kesempatan bertegur sapa. Sebagai kakek kakek dan nenek nenek, keakraban bukanlah sesuatu yang menjadikan kita terlalu menghwatirkan sebagaimana kisah buruk yang dialami oleh cerita reunian seperti telah banyak disinetronkan. tetapi reuni dalam usia senja seperti ini walaupun
tak beralasan menghawatirkannya, namun kita harus tetap menjaga etika dan norma ketimuran, sebagai orang yang terdidik dan  beriman bahkan insya Allah bertaqwa.

Saran saya memang seharusnya reuni itu harus memilik produk yang terasa manfaatnya bagi Almamater, memang akan lebih sempurna manakala kita memberikan informasi dalam bentuk data yang teranalisis, untuk tingkat awal sekalipun, tentang sesuatu yang dapat dijadikan objek dan sasaran penelitian dan pengabdian masyarakat, artinya dua dari tiga Tri Dharma
Perguruan Tinggi sudah kita sentuh, tentang Pengajaran mungkin sulit kita memberi masukan. Data awal tentang objek penelituian, serta data awal tentang objek pengabdian sangat terbuka kita berikan kepada almamater kita yang tercinta ini.

Almamater kita sangat membutuhkan data data yang sangat sulit tertampung pada kantor statistik, data data mentahpun sangat diperlukan, karena almamaterkita memiliki lemaga yang berkewajiban dan memiliki kompetensi untuk menganalisis dan mempertajamnya dengan berbagai metode akademis. sehingga menjadi informasi yang layak disajikan, kita tahu bahwa informasi adalah data yang teranalisis. Maka manakala kita ikut memberikan data data mentah yang beraneka ragam kepada almamater kita maka kita telah membantu program almamater secara keseluruhan, karena dari data itulah IAIN berkembang menjadi UIN dan menjadi Universitas yang ternama, karena dengan data itu juga UIN kita akan memiliki program pemngembangan yang terangkum dalam program yang tercover oleh pendanaan.



sory belum selesai

No comments:

Post a Comment