Thursday, November 23, 2017

JANGAN MENGOLOK OLOK TUHAN

Era sekarang sering seseorang tidak perlu membaca literatur banyak banyak, tidak perlu memiliki penerbit, cukup memiliki HP andoid dan melengkapinya dengan beberapa aplikasi sudah bisa mengedarkan tulisan, terkadang hasil renungan yang mendalam, karya ulama, kiyai dan sebagainya. Tetapi mungkin yang lebih ramai lagi adalah mereka hanya penggembira saja, yang penting asal lucu dan mengundang tawa, maka dengan semangat mensharenya ke berbagai grup WA. Yang paling menyedihkan adalah ketika dia secara tak sadar telah memposting humor humor tentang Tuhan. Padahal intinya telah melawan bahkan menista Tuhan dengan cara memposting tulisan yang memang dimaksudkan untuk merendahkan agama. Sekali lagi tampa sadar.

Pernah saya mendapat kiriman via WA cerita humor tentang Gareng, tetapi dalam cerita itu menghadirkan Tuhan sebagai bagian dari pelaku cerita, baik langsung maupun tidak dilangsung. Diceriterakan pernah suatu kali Gareng meminta kepada Tuhan agar Ia diberikan kemudahan dalam hidupnya, ibarat kata cukup goyang goyang kaki sudah dapat uang. Allah mengijabah doa si Gareng. Beberapa hari Kemudian Jreng .... si Gareng menjadi penjahit dengan menggunakan mesin jahit yang digerakkan dengan kaki. Di waktu lain Gareng berdoa kembali, kali ini Ia meminta agar dikerubuti wanita waita cantik, Allah mengijabah doanya. Beberapa hari kemudian Jreng ... si gareng menjadi penjual sayur keliling yang sedang dikelilingi ibu ibu pelanggan. Di lain hari lagi Gareng meminta menjadi orang yang dipatuhi pembicaraannya. Jreng ...  si Gareng jadi juru parkir. Sekilas memang ini tidak lebih hanya sekedar humor belaka, tetpai manakala direnung renung, maka  humor kali ini melibatkan Tuhan. Jika humor itu berisikan olok olok, maka termasuklah kita mengolok olok Tuhan.

Walaupun cerita itu bukan kita yang menulis, tetapi jika kita yang memposting maka berarti kita telah terlibat dalam menyiarkan upaya olok olok terhadap Tuhjan itu. Dan manakala akibat dari tulisan yang sesat berhasil menyesatkan orang lain, maka berarti kita juga yang harus bertanggung jawab atas kesesatan orang itu. Sadarkah anda bahwa ceritera tersebut telah mengatakan bahwa Tuhan itu adalah sebagai makhluk biasa, yang tak luput dari keliru dan khilaf. Betapa dalam ceritera itu Tuahan telah mengalami gagal paham, terhadap doa doa si Gareng. Sehingga lain yang dimintga lain yang yang diberikan oleh Tuhan.  Apakah kita ingin mengatakan bahwa Tuhan itu makhluk biasa yang sering gagal paham. Astaghfirullah. Jangan diulang lagi.


Bagi kita semua yang menynangi cerita cerita humor maka ketahuilah bahwa pada dasarnya cerita bohong itu hukumnya haram.  apalagi membuat cerita bohong hanya sekedar untuk membuat yang lain tertawa, sebagai dalam sebuah hadits dikatakan :
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ويل للذي يحدث بالحديث ليضحك به القوم فيكذب، ويل له ويل له.
:
Aku mendengar Rasulullah SAW bersanda,: Celakalah orang orang yang menceriterakan sebuah 
 ceritera agar membuat tertawa sekelompok orang dengan cara berdusta celakalah dia, celakalah 
dia(HR Abu Daud dan Tirmizi, beliau berkata Hadirs Hasan. 
دَعَتْنِي أُمِّي يَوْمًا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ فِي بَيْتِنَا فَقَالَتْ هَا تَعَالَ أُعْطِيكَ فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا أَرَدْتِ أَنْ تُعْطِيهِ قَالَتْ أُعْطِيهِ تَمْرًا فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا إِنَّكِ لَوْ لَمْ تُعْطِهِ شَيْئًا كُتِبَتْ عَلَيْكِ كِذْبَة
ٌArtiny
           
      . 
               Suatu hari ibuku memanggilku, sementara Rasulullah SAW duduk di dalam rumah kami. Ibuku berkata, “Hai kemarilah, aku akan memberimu sesuatu.” Rasulullah SAW kemudian bertanya kepada ibuku, “Apa yang akan engkau berikan kepadanya?” Ibuku menjawab, “Aku akan memberinya kurma.” Rasulullah SAW  bersabda kepada ibuku, “Ketahuilah, jika kamu tidak jadi memberikan sesuatu kepadanya, maka itu akan ditulis sebagai kebohongan atasmu.(HR. Abu Daud)

                Mulai sekarang bagi kita senang menulis maka setiap kali menulis harus memiliki sandaran pristiwa atau situasi batin setidaknya sebagai respon terhadap lingkungan sehingga apa yang kita lakukan bisa terhindar dari dusta, dan apalagi kita mengaitkan kedustaan itu dengan Allah secara langsung ataupun tidak langsung, demikian juga dengan hal hal lainnya yang termasuk atas sesuatu yang wajib kita imani. Jangan sekali kali ook olokkan Tuhan Allah hanya sekedar agar orang lain tertawa dan kita mendapatkan gelar lucu, bila untuk itu kita diancam akan celaka. 

                Setidaknya seorang Gus Dur pernah secara hayali menulis dialog dengan Malaikat dikaherat, diceriterakan kira kira demikian : 
                 Sopir Metromini dan Juru Dakwah
Di pintu akherat seorang malaikat menanyai seorang sopir Metro Mini. “Apa kerjamu selama di dunia?” tanya malaikat itu.
“Saya sopir Metro Mini, Pak.” Lalu malaikat itu memberikan kamar yang mewah untuk sopir Metro tersebut dan peralatan yang terbuat dari emas.
Lalu datang Gus Dur dengan dituntun ajudannya yang setia. “Apa kerja kamu di dunia?” tanya malaikat kepada Gus Dur.
“Saya mantan presiden dan juga juru dakwah Pak…” lalu malaikat itu memberikan kamar yang kecil dan peralatan dari kayu. Melihat itu Gus Dur protes.
“Pak kenapa kok saya yang mantan presiden sekaligus juru dakwah mendapatkan yang lebih rendah dari seorang sopir Metro..?” Dengan tenang malaikat itu menjawab: “Begini Pak… Pada saat Bapak ceramah, Bapak membuat orang-orang semua ngantuk dan tertidur… sehingga melupakan Tuhan. Sedangkan pada saat sopir Metro Mini mengemudi dengan ngebut, ia membuat orang-orang berdoa ….”   

                Hahaha ..... dari tulisan ini maka yang diharapkan adalah para pembaca tertawa, bisa jadi sebagain besar pembaca tertawa, tetapi selesaikan setelah terjadi tawa itu, tidak.... selaku pendakwah dan penulis humor itu maka Gus Dur harus mempertanggungjawabkannya sesuai dengan bunyi hadis di atas jangan membuat cerita dusta hanya sekedar untuk memancinancing tawa. Sekedar olok olok, apalagi yang di olok olok adalah Allah Swt.  Astagfirullah.  Wallohu a'lam bishowab. 


Ti
Tidak 

Mulai 


No comments:

Post a Comment