Saturday, November 18, 2017

Khotbah Nikah Kahiyang-Bobby



ALHAMDULILLAH acara pernikahan antara Boby Nasution dengan Kahyang Jokowi beberpa hari lalu berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Dan menurut banyak pihak mengatakan Khutbah Nikah yang disampaikan Prof. Dr. Said Agil Siraj Ketua Umum PB NU dianggap sukses menyampaikan khutbah dengan sejuk, tidak disampaikan dengan penuh humor dan mengundang haha hihi. Dan tidak pula hingar bingar seperti demo unjuk rasa. Tetapi sayang masih meninggalkan sedikit kontroversi, karena beliau menyebutkan bahwa dalam acara akad nikah ini, akadnya menurut kaidah syar'i selebihnya adalah menurut tradisi, dan budaya Nusantara, dan ini merupakan bagian dari Islam Nusantara. Karenanya maka seusai acara ini nampaknya tak terelakkan masih menyisakan permasalahan, yang harus kita selesaikan secara berhati hati, apakah mencapai kesepahaman bersama, atau kita mencapai persetujuan dalam perbedaan, walaupun itu berarti pertanda buruk utamanya bagi Islam itu sendiri karena di mana mana Islam ingin mengusung nilai nilai yang universal.

Mungkin masyarakat mengaitkan dengan berbagai pernyataam Sang Profesor diberbagai tempat, antara ummat dengan Profesor memang masih ada banyak hal yang kontroversi dan salah satunya yang sangat serius adalah adalah masalah Islam Nusantara. Utamanya dari segi peristilahan Islam Nusantara dianggap oleh mereka yang kurang sependapat justeru mengecilkan arti Islam itu sendiri. Dengan menggunakan istilah Islam Nusantara adalah berarti sama dengan upaya mempersempit Islam itu sendiri.Dan apalagi beliau senang sekali melontarkan pernyataan yang kontroversi.

Dalam acara perkawinan ini justeru Profesor mengklaim bahwa inilah penyelenggaraan Islam Nusantara itu, tetapi dengan keterangan uraian bahwa dalam acara perkawinan maka yang terikat dengan Islam adalah akadnya, selebihnya adalah pristiwa budaya. itulah yang dimaksud denagn Islam Nusantara.  Pernah di Istana Negara dibacakan al-Quran dengan irama langgam, kita tidak tahu apah semula itu akan diklaim juga sebagai wujud Islam Nusantara, atau bagaimana, tetapi keburu masyarakat marah, tak suka al-Quran yang selama ini sangat dihormati dilokalisir dengan langgam jawa, karena apabila dibiarkan bisa saja akan muncul pembacaan al-Quran dengan langgam langgam yang lain, atau keterikatan al-Quran alat musik dan lain sebagainya.

Masyarakat menghendaki Islam yang berkembang di Indonesia adalah Islam yang universal, kaitan denganbudaya budaya lokal adalah mengislamkan budaya, bukan sebaliknya membudayakan Islam. artinya bahwa buidaya yang harus dikembangkan adalah buudaya yang sejalan dengan Islam, bukan sebaliknya ajaran ajaran Islam harus tunduk atau menyesuaikan kebudayaan lokal. Di situ letak perbedaannya. Kita harus harus hati hati, upaya upaya ini pada saat sekarang sudah mulai memakan kurban, bagi lancarnya dakwah dan pendidikan Islam di Indonesia. Di mana mana Islam mengusung ajaran yang universal, mengapa kita justeru menginginkan Islam yang universal itu dengan cara menusantarakannya  Marilah kita bersama berhati hati. mari.

No comments:

Post a Comment