Thursday, November 2, 2017

ANTARA LOKAL NASIONAL DAN INTERNATIONAL


Saya yakin disesi pertama dialog bersama seniman dan budayawan daerah Lampung tentang antisipasi teroris  yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme. Dalam sesi pertama itu telah tergambar jelas apa itu terorisme bahkan hinga hampir dipahaminya apa yang disebut sebagai Ideologi terorisme. Sehingga ada peserta yang mempertanyakan menagapa saya dalam kesempatan itu menjadi narasumber tidak pernah mensitir apa itu ideologi terorisme atau radikalisme. Tetapi justeru lebih menonjolkan kekalahan kelompok tertentu dalam berbagai persaingan. Sesungguhnya saya tidak mensitir ideologi ideologi tertentu yang dituduh atau diduga dijadikan dasar anutan para teroris.

Melihat judul tema  dari sesi sesi dalam dialog itu, saya mencoba menduga bahwa disesi sore, di mana saya dan Bung Isbedy Setiawan diminta sebagai narasumber, sesungguhnya mengusung beban yang lebig spesifik, dengan warna daerah atau kedaerahan. Apalagi pada saat Pilkada DKI yang heboh itu orang orang daerah seperti terbebani untuk merespon permasalahan Nasional dan Internasional dan nyaris melupakan persoalan daerah. Mungkin demikian matang pada sesi pertama adanya ancaman terorisme atau radikalisme yang diyakini keberadaannya oleh pusat.

Tetapi di sesi sore kami ditugaskan untuk mendialogkan sesuatu yang menjadi ciri daerah, dan ketika saya dimintai menyampaikan radikalisme dan mungkin akan menjadi terorisme itu justeru berdasarkan situasi kedaerahan, Sehingga tidak salah dalam mengantisipasi, dan juga taksalah dalam menempuh cara dan sasaran. Permasalahan daerah, yang muncul karena situasi daerah dan diharapkan dapat diatasi dengan kekayaan daerah, yang disebut kearifan lokal. Dan lebih khus lagi dalam sesi yang saya bawakan adalah terkait dengan apa yang sangat mungkin bisa dilakukan oleh para budayawan, para seniman daerah. Mengingat keterbatasan waktu maka tidak semua dapat saya sampaikan.

Pemikiran yang sempat saya sampaikan terkait dengan sesuatu yang sangat mungkin dilakukan oleh para budayawan dan seniman daerah Lampung terkait dengan kearifan lokal adalah mempopuleritaskan kearifan lokal Lampung dalam aktifitas budaya, penciptaan dan pagelaran karya seni dari para seniman Lampung. Kearifan lokal Lampung itu adalah Piil Pesenggiri. Piil Pesenggiri adalah falsafah Lampung. Yang terdiri dari Nemuyi Nyimah (produktip), Nengah Nyapuur (kompetitip), Sakai Sambaian (Koperatip) dan Juluk Adek Inovatip. Falsafah ini oleh para budayawan dan seniman Lampung. Menurut pengamatan saya para seniman daerah Lampung ini belum terlalu banak yang memahami apa itu Piil Pesenggiri, Serta apa kemanfaatannya.

Dalam dialog itu sesuai dengan judul tema yang harus saya sampaikan makan saya memang tidak ingin larut dalam peristilahan dan definisi yang sarat dengan intrik intrik politik, baik nasional terlebih international. di satu pihak Amerika bersama sekutunya dan Yahudi ada dibelakangnya, dan pihak lain kita lihat China dan sekutunya dan Komunis ada dibelakangnya. Mereka sangat berkepentingan dengan masalah terorisme ini sehinga tidak mudah bagi kita untuk memahami peta situasinya, segala sesuatu dibuat samar. Bisa saja kurban justeru dituduh pelaku, atau sebaliknya.  Sementara sejumlah Negara Islam di Timur Tengah yang semula melakukan  protes protes terhadap pimpinan mereka yang bergaya diktator, lalu berkembang mengikuti skenarion politisi negara negara kuat. Lalu mereka melahirkan berbagai ajaran yang disebut sebagai ideologi gerorisme.

Membicarakan masalah terorisme dan radikalisme nampaknya kita tak dapat menghindari untuk bersentuhan dengan kepentingan politik negara adidaya, serta penguasa eknomi dunia lainya. Membicarakan ini akan berakhir dengan kebingungan, Apalagi bila kita ingin menulusuri arah telunjuk penguasa ekonomi dunia, ada kekurang jujuran di situ, tetapi itulah politik. Nampak sekali, pada sesi sore dialog ini, yang seharus memiliki titik terang dalam bersikap dan berbuat. Tetapi di sesi sore nampaknya peserta masih memendam pertanyaan, setidaknya ada dua penanya yang mengajukan pertanyaan, apa yang harus kami lakukan,

Itulah sebabnya judul sore, harus dilokalisir, tak perlu mengikuti kendang musik, politik dunia yang memang sengaja mengkaburkan kejujuran, Kita harus paham bahwa "Ini Politik Bung" Bukan akidah dan bukan pula ibadah.  Jelas, jika dia sebagai seniman, yang aktivitasnya menciptakan karya seni dan atau mempagelarankan karya seni, maka sebagai  pengusung seniman Lampung makaberarti dipundaknya terbebani untuk meletakkan pesan pesan Piil Pesenggiri dalam karya yang diciptakan atau di pagelarankan. Itulah sebabnya saya mengungkapkan kekecewaan ketika Dinas Pendidikan menyelenggarakan pertemuan dua arus sastra daerah, yaitu sastra tradisi dan sastra modern di Lampung, tetapi sayangnya Dinas Pendidikan tidak menciptakan arus utama, padehal pertemuan dua arus itu memiliki kemampuan menciptakan arus utama, yaitu Piil Pesenggiri. Jangan biarkan dua arus berjalan sendiori sendiri. Dan jika bukan untuk mencarikan arus utamanya untuk apa pula dua arus dipertemukan. Karena dalam dalam arus utama itulah keduanya saling bersinerji di Lampung, yaitu pada Piil Pesenggiri.

Piil Pesenggiri sangat istimewa, Bayangkan falsafah yang muncul sekitar abad ke 16 atau mungkin lebih tua lagi, telah memunculkan falsafah yang demikiian moder, falsafah yang semua sangat tradsional, tetapi menjkadi modern dengan masuknya Islam ke Lampung. Tentu saja sumbangan yang sangat berharga dari Islam ini harus kita manfaatkan semaksimal mungkin. Produktif. Kemodernan falsafah ini nampak mulai dari unsur yang pertama, yang disebut Nemui nyimah, nemui artinya bertamu, nyimah atau simah artinya santun. Bayangkan bagaimana mungkin sikap santun akan berubah menjadi teroris atau radika. Apalagi falsafah ini mewajibkan untuk selalu santun dalam bersikap.

Kompetitp, Unsur yang kedua dari piil pesenggiri, yang dalam bahasa Lampung disebut Nengah Nyappur terdiri dua kata, Nengah artinya kerja keras, sedang Nyappur artinya tenggangrasa. Dngan falsafah Piil Pesengiri setiap seseorang harus selalu bekerja keras, kerja keras disini artinya bersaing mencari yang sebaiknya tetapi dengan semangat untuk memenuhio kebutuhan masyarakat. Dalam unsur yang kedua ini juga sangat jauh dari sikap radikalisme dan apalagi sikap terorisme.

Kooperatip, sikap koperatif dalam falsafah Piil Pesengiri Lampung ada pada unsur yang ketiga yaitu sakai sambaian, sakai artinya terbuka, siap dinilai, siap menerima masukan. Sementara Sambaian artinya siap mnenilai, siap memberi. Dengan sikap yang terbuka serta siap diberi dan juga siap memberi, itu jelas sebuah modal yang sangat signifikan untuk mencegah terorisme dan radikalisme.

Inovatip. Unsur falsafah Piil Pesenggiri yang mendorong inovasi tergambar dari unsur Piil Pesenggiri yang keempat, yaitu Juluk Adek. Juluk adalah nama baru ketika seorang anak telah menetapkan cita citanya, Sedang adek adalah nama baru yang diberikan kepada seseorang yang telah berhasil mencapai cita citanya. Semangatnya adalah selalu memperbaharui prestasi. Prestasi ini tentu dicapai dengan berkarya yang bermanfaat bagi orang banyak , tentu yang dikerjakan adalah bukan meledakkan Bom bunuh diri, karena seseorang dengan Piil Pesenggiri memang harus selalu mencapai nama baru, selesai satutahapan menuju tahapan yang lain, selesai mencapai sebuah sukses, lalu mengejar sukses yang lain.

Seniman sangat berpeluang mensosialisasikan nilaoi nilai dalam Piil Pesenggiri. Inilah rumusan sebuah kearifan tradisional daerah Lampung, yang sesungguhnya sangat berharga. Tetapi sayang barang berharga yang satu ini seiring dionggokkan, tampa usaha untuk dipahami didukung dan dilaksanakan oleh generasi muda. Dan ini sangat penting untuk kembali diungkap dalam rangka  mengantisipasi sikap radikalisme dan terorisme. Bagi seorang yang menganut dan melaksanakan Piil Pesenggiri, maka radikalisme dan terorisme sangat bertentangan dengan Piil Pesenggiri.

No comments:

Post a Comment