Tuesday, December 4, 2018

AKAL SEHAT DAN POLITIK IDENTITAS.



DENGAN MENGUTIP habis habisan logika Barat yang mengatakan Islam adalah teroris dan intoleran, sudah terlalu banyak politisi Indonesia yang bermunculan secara terang terangan akan kebencian serta semangat yang digerakkan untuk menolak hukum bernuansa Islam atau Perda yang berbau syari'ah dan palitikpun disebut politik identitas manakala ada kelompok atau politisi yang mencoba untuk mengajak mengacu kepada hukum Islam dalam  berpikir, berbuat, termasuk di dalamnya juga dalam berpolitik. Islam dan identitas Islam nampaknya harus dienyahkan dalam berpolitik, bernegara. Ini sama saja dengan upaya yang terang terangan untuk memberangus Islam, dalam berbangsa dan bernegara, seperti semangat yang digelorakan penjajah dalam masa penjajahan kolonial tempo dulu.

Dahulu ulama menggerakkan para mujahid unrtuk bergerak serentak melawan penjajah dan gerakan ini melahirkan Kemerdekaan, Waktu perang melawan penjajah untuk penyemangat para mujahid meneriakkan pekik Merdeka dan Allahu Akbar. Kemerdekaan berhasil diraih,walaupun syuhada banyak berguguran. Para syuhada maju ke medan perang setelah mendapatkan petunjuk dari para ulama bahwa perang melawan penjajah dalam rangka merebut kemerdekaan itu adalah jihad da syahid. Dengan mengutip narasi Barat. maka kini para politisi kita di Indonesia banyak bermunculan menyuarakan ketidak sukaan terhadap semangat jihad tersebut. Dan semangat itu disbut sebagai politik identitas.

Semangat mujahid 212 adalah termasuk politik identitas. Sesuatu yang kini mulai secara terang terangan sebagai sesuatu yang harus dibuang jauh jauh dari aktivitas politik dan Pemerintahan. Ummat Islam disudutkan dengan kalimat yang sering digunakan oleh Pemerintah Kolonial ketika mereka menjajah kita. Demikian Pada Saat Ini. Tiba tiba ada reuni 212 tanggal 2 Desember 2018 yang penuh dengan semangat dan nuansa jihad, yaitu sesuatu yang tak disukai dan bahkan dimusuhi serta akan dienyahkan. Tiba tiba Rocky Gerung dengan kalimat kalimatnya yang khas mengatakan bahwa reuni 212 ini  merupakan " Reuni Akal Sehat ". Apalagi sejumlah tokoh non muslim ikut hadir dalam pertemuan yang bermartabat itu.


Penguasa dan Pemilik Media Massa besar di Indonesia menganggap reuni 212 sebagai pristiwa kecil yang tak layak diberitakan secara besar (titik). Padahal bagi dunia pristiwa ini adalah pristiwa luar biasa dan sangat langka. Belasan juta manusia berkumpul tampa meninggalkan sampah, kecuali sejumlah fitah (hoax) yang disebarkan oleh sejumlah orang yang tak menyukainya, dan dianggap sebagai masyarakat sebagai berita sampah.

Seyogyanya Pemerintah memberikan apresiasi yang setinggi tingginya kepada semua peserta reuni karena telah mempertunjukkan tingkat peradaban yang sangat luar biasa tingginya, jutaan manusia berkumpul, tetapi tidak menyusahkan kepolisian sedikitpun, karena mereka sudah memiliki kemampuan untuk mewasiti diri mereka masijg masing. Mereka tertib ketika datang, mereka tertib ketika pulang dan merekapun tertib selama mengikuti acara. Dan apara pengawaspun mengatakan bahwa mereka tak menemukan delik delik yang harus dipersoalkan. Padahal jutaan manusia itu sesungguhnya datang dari jauh dengan menuntut sesuatu yang yang sangat fundamnetal, yaitu mereka menuntut keadilan. 









No comments:

Post a Comment