Thursday, December 13, 2018

TIM KAMPANYE BENTUKAN KEMENAG, DLL.



DI TAHUN POLITIK ini secara tak sengaja pendukung Jokowi dengan alamat Menteri Agamatelah membentuk Tim Kampanye yang bekerja secara ikhlas dan berhasil mendapatkan respon yang luar biasa,  dari publik, publik ditempat yang supernyaman, tim ini tak mengeluarkan dana yang berarti, bahkan salah salah mereka mendapatkan tanda terima kasih sehingga tim bersangkutan memiliki kesempatan berbagi kepada pihak lain. Karena orang yang masuk dalam Tim ini umumnya adalah orang orang mapan yang tak butuh belas kasihan, dan bahkan mereka mengimpikan mati secara terhormat, mati syahid. Mereka Tim bentukan Kemenag, secara tak langsung,

Tim ini sebenarnya bukan Tim dan bukan disengaja untuk dijadikan Tim, gerakan merekapun senatinya hanya individual belaka. mereka terdiri dari sejumlah ulama yang aktivitas sehari harinya selalu memegang mic pengeras suara yang terbiasa bicara apa adanya sehingga mudah dimengerti oleh publik pendengarnya. Tidak memiliki kebiasaan membalut kebenaran dengan susunan kata penyejuk yang ujung ujungna publik merasa disesatkan. Tetapi Tim ini selalu bicara apa adanya secara gamblang, dan akhirnya mereka dihadiahi Kemenag dengan gelaran radikal. bahkan ada sebagian nama mereka tercatat dalam catatan hitam. Dan oleh Pemerintah ditetapkan sebagai tak layak didengarkan, apalagi dituruti,


Macam macam lah gelaran buruk yang telah mereka terima, anti Pancasila, anti NKRI, menyebar kebencian, hoax  dan sebagainya, dan itu semua dibantu komentar nyinyir melalui media sosial,  sungguh gelar buruk itu sepertinya harus mereka sandang,  dan sejatimnya para ulama ini seperti tak layak menghirup hawa bebas Bumi Nusantara, itulah barangkala ada pihak yang merasa berkewajiban untuk melakukan persekusi ketika para ulama panutan masyarakat  tersebut  akam berdakwah, bukan hanya di dalam negeri, bahkan  ada yang diawasi dan dimata matai karena mendapat bocoran terkait status mereka, nampaknya pihak kita justeru yang membisikkan ke luar bahwa ulama kita itu sebagai ISIS, bahkan ada yang belum belum, baru tiba di Bandara Negara tetangga  langsung dipoulangkan, karena pihak negara sahabat tak mau sibuk dan ambil resiko.

Pengalaman pahit serta gelar buruk dan keji yang disandangkan kepada mereka membuat mereka merasa harus sedikit membela diri, apalagi hingga saat ini gelar yang mereka sandang bukan didapat melalui meja sidang  pengadilan yang diselenggarakan secara adil dan prosedural. Dalam pembelaan diri itu tentu saja takj terhindari peyebutan beberapa nama dan Institusi kenegaraan dan bahkan sepertinya sesuatu yang tak dapat dihindari penyebutan nama Presiden Jokowi sebagai penanggungjawab penyelenggaraan Kebangsaan dan Kenagaraan di Negeri ini.

Dan dalam tahun politik di mana Presiden Jokowi juga bertindak sebagai Calon Petahana dalam Pilpres yang akan datang,  sepertinya terpaksa dijadikan alamat kekecewaan atas segala tindakan yang dirasakan oleh para ulama dan ummat binaannya sebagai kesewenangan yang tak bisa dimaafkan begitu saja. Terasa lebih menyakitkan ternyata Tim pendukungya justeru mengampanyekan keluhuran keluran yang sangat dirasakan semu oleh para ulama yang menjadi kurban beserta ummat binaannya. Untuk dapat kita hitung secara mencongak, para ulama ini dalam sehari bisa dan mampu mengunjungi sampai lima kelompok pengajian dalam sehari, bahkan banyak juga mereka yang telah menyusun jadual seklama satu tahu,  Bayangkan Jama'ah subuh yang mereka kunjungi sering mencapai ribuan jama'ah banyaknya. dan beberapa ribu sehari adalah sesuatu yang pasti  Ini kerugian besar bagi Jokowi Semoga layak menjadi pelajaran bagi kita semua.

No comments:

Post a Comment